Acara penutupan pelatihan Makhtutath ini dilaksanakan pada Selasa (26/11/2024) di Mesir, dengan dihadiri oleh Prof. Dr. Abdul Sattar Al-Halluji, Dr. Ahmed Abdul Basith, Dr. Abdul Muta'ali (Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo), serta 20 ulama muda dari Ma’had Aly Pesantren se-Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, para peserta menerima penghargaan atas keberhasilan mereka menyelesaikan program pelatihan yang penting ini.
Prof. Dr. Abdul Sattar Al-Halluji menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memilih Institute of Arabic Manuscripts Mesir sebagai tempat pelatihan. Ia juga menegaskan bahwa meskipun Indonesia bukan negara berbahasa Arab, mayoritas umat Islam di Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk mempelajari ilmu makhtutath. "Ilmu makhtutath ini penting untuk dipelajari, tidak hanya oleh orang Arab, tetapi oleh mereka yang serius mengkaji Islam," ujarnya.
Prof. Abdul Sattar berharap bahwa para peserta pelatihan ini dapat menjaga dan melestarikan bahasa Arab, bahasa wahyu Al-Qur’an, serta memahami pentingnya mempelajari turats (warisan ilmiah). “Semoga setelah mengikuti daurah ini, kalian akan menyadari tanggung jawab besar untuk menjaga bahasa ini dan terus mempelajari turats agar ilmu ini berguna bagi umat,” tutupnya.
Dr. Abdul Muta'ali, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo, juga mengungkapkan pentingnya ilmu makhtutath dan menyebutkan bahwa kemajuan renaissance Eropa dipengaruhi oleh ilmu makhtutath. “Ilmu makhtutath berperan penting dalam sejarah peradaban dunia, bahkan tokoh-tokoh besar Eropa seperti Niccolo Machiavelli terpengaruh oleh pemikiran Ibnu Khaldun,” kata Dr. Abdul Muta’ali. Ia berharap para peserta dapat membawa perubahan positif untuk masa depan Indonesia dan peradaban Islam.
Dr. Ahmed Abdul Basith, penanggung jawab pelatihan, juga menekankan bahwa belajar adalah kewajiban setiap muslim di setiap waktu. "Siapa yang tidak merasakan kehinaan dalam menuntut ilmu, ia akan merasakan kehinaan dalam kebodohan sepanjang hidupnya," ungkap Dr. Basith. Ia berharap agar program ini dapat terus berlanjut dan semakin banyak peserta yang dapat mengikutinya di masa depan.
Perwakilan peserta pelatihan, Ahmad Zuhairuz Zaman, Mudlir Ma’had Aly As-Sunniyah dari Jember, Jawa Timur, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Kementerian Agama Indonesia atas beasiswa non-gelar Kepengarangan Turats di Mesir. "Kami berterima kasih kepada Kementerian Agama dan semua pihak yang telah mendukung kelancaran program ini," ujar Zuhair. Ia juga menyampaikan terima kasih khusus kepada para pengajar dari Institute of Arabic Manuscripts yang telah mendampingi mereka dengan penuh kesabaran.
Wahyudi Rahman, salah satu peserta dari Ma’had Aly Sumatera Thawalib Parabek Sumatera Barat, menyatakan optimisme tinggi mengenai masa depan penelitian makhtutath. "20 ulama terpilih ini akan menjadi motor penggerak dalam penelitian dan tahqiq karya ulama Nusantara. Ini adalah kabar gembira bagi Kementerian Agama dan seluruh pondok pesantren di Nusantara," ungkap Wahyudi.
Penutupan pelatihan ini diharapkan dapat memotivasi peserta untuk terus melanjutkan studi terkait makhtutath dan penelitian turats, serta memberi kontribusi besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan Islam di Indonesia.
0 Comments