pandangan tajam datang dari Andi Muhammad Riski AD, Ketua Umum Peduli Pendidikan dan Demokrasi (Palpasi). |
KNEWSCOID, Jakarta — Di tengah hiruk-pikuk persiapan Pilkada DKI Jakarta 2024, pandangan tajam datang dari Andi Muhammad Riski AD, Ketua Umum Peduli Pendidikan dan Demokrasi (Palpasi).
Dalam wawancara eksklusif, Riski menyampaikan analisa tajam dan spekulatif yang mengejutkan mengenai dinamika politik yang tengah terjadi. Menurutnya, keputusan-keputusan politik yang diambil beberapa waktu terakhir justru mengungkapkan strategi PDIP untuk merebut suara di basis pemilih yang tak terduga.
"Peta politik di Jakarta ini semakin jelas. Pertama, kalau memang serius, harusnya PDIP menempatkan Rano Karno sebagai 01, sebagai putra daerah. Tapi yang muncul justru Pramono Anung. Siapa yang kenal Pramono di Jakarta selain kalangan elit?" cetus Riski membuka analisisnya dengan nada tajam. Ia menilai bahwa kehadiran Pramono di garda depan tim pemenangan terasa asing bagi publik Jakarta yang lebih familier dengan nama-nama populer seperti Rano Karno.
Riski melanjutkan, ketidakterlibatan Ahok secara struktural dalam tim pemenangan semakin menegaskan arah PDIP untuk meraih basis pemilih yang berbeda.
"Kalau Ahok yang dimajukan, suaranya mungkin tetap akan solid di basis lama. Tapi dengan ini, PDIP seperti ingin merangkul pemilih Anies yang secara ideologi dikuasai oleh PKS," ungkapnya. Menurutnya, ini adalah langkah strategis yang sengaja diambil PDIP untuk memperluas pengaruh di basis pemilih yang sebelumnya sulit diraih.
Lebih jauh, Riski mencermati hubungan antara Penjabat (PJ) Gubernur DKI Jakarta dengan lingkaran politik nasional.
"PJ Jakarta itu orangnya Jokowi, jadi saya melihat restu Jokowi masih mengarah ke KIM Plus yang mengusung RK," tuturnya. Hal ini, menurut Riski, menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara strategi politik di tingkat lokal dengan kepentingan politik nasional yang lebih luas.
Analisis Riski juga mencatat penurunan suara PDIP di DKI Jakarta sebagai tantangan utama.
"Secara kepartaian, suara PDIP di DKI menurun drastis, baik untuk DPR RI maupun DPRD Provinsi. Kalau mereka benar-benar ingin menang, sedari awal sebaiknya mereka harus mengajukan figur dengan ketokohan kuat di Jakarta, " tegasnya. Ia menyoroti pentingnya figur publik dan partai dalam membentuk strategi pemenangan di wilayah yang kompleks seperti DKI Jakarta.
Dalam penutupnya, Riski memberikan pandangan yang cukup kontroversial.
"Seandainya yang maju adalah Ahok dengan pasangan representasi tokoh Islam, itu baru menarik. Lawan RK-Suswono di DKI ini sebenarnya tidak terlalu berat. Lain halnya kalau calonnya Anies dengan PDIP, itu pasti menjadi laga panas," pungkasnya sambil tertawa.
Dengan lanskap politik yang terus berubah dan penuh intrik, analisa dari Ketua Umum Palpasi ini menggambarkan betapa ketatnya persaingan dan strategi yang harus dimainkan oleh para aktor politik menjelang Pilkada DKI Jakarta 2024. Entah bagaimana pun, pertarungan politik kali ini akan menjadi ajang adu kekuatan dan kecerdasan antar para kandidat. (jj).
0 Comments