(Foto : Adeh Ijam Putri Utami, Penulis)
OPINI, KNEWS - Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi turut memudahkan segala aspek dalam kehidupan manusia. Namun di sisi lain, hal ini justru menjadi senjata yang sangat mudah menyisihkan dan mengasingkan kebudayaan lokal dari para penduduk lokal itu sendiri.
Globalisasi dan budaya adalah dua hal yang erat kaitannya. Perkembangan globalisasi mempengaruhi budaya bertetangga dalam suatu bangsa, begitu juga sebaliknya. Lalu, apa itu budaya dan globalisasi ?
Budaya adalah gaya hidup yang tercipta dalam kondisi yang berbeda dan diturunkan dari satu zaman ke zaman lainnya. Budaya dapat dianggap sebagai ciri suatu negara. Kebudayaan merupakan salah satu komponen penting untuk membentuk kepribadian masyarakat.
Dalam budaya, ada komponen yang berbeda, menjadi bahasa tertentu, kerangka informasi, kerangka asosiasi sosial, kerangka peralatan hidup dan inovasi, kerangka kerja moneter dan pekerjaan, kerangka kerja ketat, dan ekspresi. Selain itu, budaya juga memasukkan kecenderungan, nilai, dan standar yang berlaku di mata publik.
Globalisasi adalah suatu proses masuknya ilmu pengetahuan dan budaya ke dunia. Dengan globalisasi, dunia yang luas pada titik ini bukanlah halangan bagi negara-negara untuk berkomunikasi satu sama lain. Arah globalisasi itu sendiri ditopang oleh kemajuan dalam data, korespondensi dan inovasi transportasi..Dengan kemajuan ini, hubungan manusia menjadi lebih mudah.
Dengan demikian, globalisasi akan mempengaruhi daerah setempat dalam menjawab kemajuan budaya terdekat saat ini, apakah mereka memutuskan untuk mengikutinya atau diselamatkan. Tentunya hal ini sulit dilakukan oleh beberapa negara, salah satunya Indonesia.
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Keanekaragaman budaya di Indonesia terjadi karena Indonesia merupakan negara terbesar dan memiliki banyak suku. Oleh karena itu, ada banyak dialek lokal, adat istiadat, gerak teritorial, melodi masyarakat, rumah konvensional, dan warisan sosial lainnya.
Beberapa keanekaragaman budaya Indonesia sudah dikenal oleh dunia. Warisan budaya yang dimiliki Indonesia sudah mendunia. Hal ini telah disepakati dan diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), misalnya angklung, batik, wayang, tari saman, keris, dan lain-lain.
Kehadiran globalisasi secara tegas mempengaruhi peningkatan budaya lokal, ilmu pengetahuan dan inovasi menjadi lebih luas dan dapat mendorong individu untuk berpikir ke depan. Globalisasi juga membawa membawa pertukaran budaya, sehingga budaya asing dapat dengan mudah memasuki suatu negara. Dengan demikian, cara hidup suatu bangsa dapat diserap dan dikonsentrasikan secara efektif di berbagai negara.
Meskipun globalisasi membawa dampak positif, namun masih terdapat akibat yang merugikan, antara lain bahaya berkurangnya kualitas sosial lingkungan. Individu lebih tertarik untuk mempertahankan mendekati budaya asing dan menerapkannya dalam rutinitas mereka. Budaya asing dipandang lebih kekinian dan menyenangkan daripada budaya lingkungan. Satu lagi akibat buruknya adalah nilai kebersamaan dalam gotong royong dan musyawarah mulai menghilang. Masyarakat menjadi lebih individualistis sehingga rasa solidaritas dan kepedulian terhadap lingkungan menjadi pudar.
Sifat individualistis membuat masyarakat lebih mementingkan kepentingan individu di atas kepentingan normal. Terlepas dari sifat individualistis, ketimpangan sosial juga terjadi pada individu yang tidak dapat bertahan dari globalisasi. Ketidakseimbangan sosial membuat individu menjadi terlantar dalam kehidupan sehari-hari yang semakin berkembang di era globalisasi.
Seiring berkembangnya era globalisasi, budaya yang ada di sekitarnya mulai menghilang karena perubahan gaya hidup individu. Ini harus terlihat dari bukti yang menunjukkan perubahan cara hidup individu, terutama pada lingkungan masyarakat perkotaan yang besar.
Di Indonesia, ada individu yang tertarik pada perilaku hedonisme, komersialisasi, dan realisme sehingga individu tidak merenungkan dan fokus pada kecenderungan mereka untuk kebutuhan masa depan.
Tidak hanya itu, pergaulan bebas, foya-foya, dan bullying juga terjadi karena dampak globalisasi. Cara-cara berperilaku ini tidak menguntungkan karena merugikan diri sendiri dan orang lain.
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya lokal di tengah globalisasi. Klarifikasi tentang pentingnya budaya lingkungan harus dilakukan sejak awal untuk menanamkan rasa kekaguman dan kebanggaan terhadap budaya sekitar.
Individu perlu terus mengkaji sejarah dan nilai-nilai budaya untuk memahami pentingnya budaya lingkungan. Tugas pemerintah juga diperlukan dalam pendekatan yang mengarah pada budaya. Selain itu, acara kebudayaan juga perlu diadakan secara rutin untuk mengajak individu mengetahui betapa indahnya kekayaan budaya Indonesia. Selanjutnya, daerah setempat dapat mengikuti dan melestarikan budaya lingkungan secara tepat untuk menggarap eksistensi budaya bangsa.
Generasi muda, sebagai salah satu komponen masyarakat, seharusnya memiliki pilihan untuk mengikuti budaya sekitar di tengah kemajuan globalisasi. Tragisnya, usia yang lebih muda tidak menyadari pentingnya budaya di sekitarnya. Mereka kurang tertarik untuk berkonsentrasi pada budaya terdekat. Selain itu, informasi mengenai kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia masih kurang.
Pola pikir generasi muda cenderung menganggap bahwa budaya Indonesia kuno dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Spekulasi ini menyebabkan kurangnya rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal.
Oleh karena itu, diperlukan pertahanan di bidang sosial budaya. Setiap negara harus siap untuk terbuka dengan nilai-nilai budaya bangsa lain. Cara yang seharusnya bisa dilakukan adalah menyaring kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Masyarakat harus memiliki pilihan untuk mengevaluasi bagian positif dan negatif dari budaya asing yang masuk.
Dampak positif dari budaya asing dapat diambil dan dipelajri untuk kehidupan sehari-hari. Budaya asing yang berdampak negatif atau merugikan tidak boleh diikuti oleh masyarakat Indonesia, karena juga dapat mempengaruhi budaya lokal.
Penulis : Adeh Ijam Putri Utami
(Mahasiswi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam IAI Muhammadiyah Sinjai)
*Tulisan tanggung jawab penuh penulis
0 Comments