MAKASSAR, KNEWS - Sesi Webinar Pembukaan dari Rangkaian Program Social Project Komunitas Penerima Beasiswa LPDP RI Angkatan 168 – Nala Bumintara dilakukan dengan mengoptimalkan strategi digital marketing guna pemulihan ekonomi nasional yang dilaksanakan di dua lokasi, yakni di Kota Makassar dan Provinsi D.I Yogyakarta. Sabtu, (30/01/2021).
Komunitas Penerima Beasiswa
LPDP RI Angkatan 168 – Nala Bumintara
Nala Bumintara merupakan komunitas yang terdiri dari penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Republik Indonesia Angkatan 168. Memiliki total 136 anggota, Nala Bumintara terdiri dari 61 mahasiswa dan 75 mahasiswa yang di antaranya menempuh pendidikan dokter spesialis, magister, dan doktoral. Berasal dari 25 provinsi di seluruh Indonesia, anggota Nala Bumintara tersebar ke 9 negara tujuan studi, seperti Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Australia, Perancis, Jerman, Jepang, United Kingdom, dan Indonesia.
Dengan berpegang teguh kepada nilai – nilai integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan, Nala Bumintara memiliki visi Pijar Bakti
Pertiwi yang sangat relevan dengan misi yang diemban para anggotanya, yakni untuk berkontribusi dalam mengatasi permasalahan dan memberikan solusi dari masalah yang terdapat di masyarakat. Termasuk masalah dalam hal ini adalah masalah pemulihan ekonomi nasional.
Pemulihan ekonomi nasional adalah tema besar program dari Sosial Project yang dilaksanakan oleh Komunitas Penerima Beasiswa LPDP RI Angkatan 168, Nala
Bumintara. Sebagai gebrakan awal dari rangkaian program di kedua tempat tersebut, diadakanlah sesi webinar mengenai prospektus digital marketing sebagai upaya menggugah dan menguatkan motivasi
peserta untuk mengoptimalkan model pemasaran online, khususnya bagi Usaha Kecil dan Menengah.
Topik ini relevan dengan target social project yang meliputi komunitas masyarakat pemulung dan pengolah sampah di Kelurahan Rappokalling, Makassar dan masyarakat pembatik di Kampung Batik
Giriloyo, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta. Sesi webinar ini sekaligus menjadi pembuka bagi serangkaian program Social Project yang akan dilaksanakan mulai bulan Januari 2021 hingga Maret 2021 secara paralel di Makassar & Yogyakarta.
Keterkaitan sasaran program baik di Makassar maupun Bantul yang keduanya dilatarbelakangi usaha masyarakat yang cukup rentan di saat pandemi ini memunculkan ide untuk memanfaatkan
teknologi dan inovasi di sekitar, seperti digital marketing. Strategi digital marketing tentunya memiliki potensi dan membawa peran penting aktual di era digital ini guna meningkatkan pemasaran usaha yang
mungkin terdampak di kala pandemi ini.
Oleh karena itu, komunitas Penerima Beasiswa LPDP RI Angkatan 168 mengadakan webinar dengan tema “Digital Marketing sebagai Upaya Pemulihan
Ekonomi di Kala Pandemi” pada tanggal 30 Januari 2021, 09.00 WIB sampai dengan selesai sebagai awal pembuka dari diadakannya serangkaian program di lapangan.
Sesi webinar ini dihadiri 172 peserta yang memiliki berbagai macam latar belakang dan berasal dari berbagai lokasi di seluruh dunia,
termasuk peserta latih yang nantinya akan berpartisipasi dalam rangkaian program social project.
Adapun kegiatan webinar diisi dengan penyampaian materi oleh beberapa narasumber dengan poin utama materi yang disampaikan sebagai berikut:
1. Potensi sampah dan peningkatan daya jual sampah untuk menambah penghasilan yang
disampaikan oleh perwakilan dari komunitas Octopus Indonesia, Musawwir Muhtar sebagai Chief Operating Officer (COO)-nya. Octopus Indonesia merupakan sebuah komunitas beranggotakan relawan – relawan yang menggerakkan sistem digital daur ulang sampah dan memberdayakan pemulung.
2. Strategi berjualan batik di kala pandemi yang disampaikan oleh perwakilan pengusaha batik Yogyakarta, Miftahudin Nur Ihsan, S. Pd. sebagai pemilik usaha CV. Smart Batik Indonesia. Smart Batik Indonesia sendiri merupakan produser batik tematik, batik instansi, dan batik sosialisasi yang maknanya tertera pada keunikan corak batik itu sendiri.
3. Pemanfaatan digital marketing untuk meningkatkan pemasaran usaha (sebagai solusi dari hambatan dan tantangan yang sudah dipaparkan oleh narasumber 1 dan 2) dari pakar dan praktisi digital marketing, Amanah Rakhim Syahida, Dosen di Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang. Beliau juga merupakan Chief Executive Officer (CEO) Nirwana Wedding
Organizer yang bergerak di bisnis manajemen acara pernikahan.
Sesi paparan materi dari masing - masing narasumber dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator, Patrick Samoel Roeroe. Berlatar belakang sebagai narasumber yang memang berfokus kepada produk sampah yang didaur ulang, Musawwir Muhtar selaku COO dari Octopus
Indonesia mengatakan ada konsep baru tentang pemulung.
“Di Octopus kami mencoba untuk meredefinisi value yang ada mengenai
sampah dan peran pemulung melalui digital marketing. ‘Pemulung zaman now’ adalah konsep yang kami tekankan untuk menempatkan pemulung sebagai pelestari. Apabila dulu pemulung mengais
sampah di TPA sekarang mereka bisa santai - santai di rumah sambil menunggu order pick up sampah," ujar Musawwir.
Memulai proses tersebut memang tidak mudah. Awi, sapaan akrab Musawwir, mengatakan transformasi mindset dari ketidakpedulian dengan sampah menjadi kebanggan bagi pemulung yang menjadi mitra membutuhkan waktu. Adanya dampak ekonomi yang diraih oleh para mitra dan semua orang yang terlibat memudahkan proses edukasi lingkungan di masyarakat.
“Rata-rata pendapatan mitra
4 juta rupiah, bahkan ada juga yang sebulan mencapai 10 juta rupiah,” jelas Awi.
Stimulus ini kemudian bisa memungkinkan pegawai honorer, wiraswasta, mahasiswa, dan elemen masyarakat lainnya untuk
membawa atau mengepul sampah plastik.
“Sekarang sampah plastik bukan barang yang hina.”
Pembicara utama kedua, Miftahudin Nur Ihsan, pengusaha batik di CV. Smart Batik
Indonesia pun menyebutkan bahwa para pebisnis UMKM mesti melakukan transformasi dan inovasi agar mampu bertahan era pandemi. Batik produk Ihsan juga memiliki tantangan tersendiri lantaran
banyak orang yang bekerja dari rumah sehingga fashion bukanlah kebutuhan utama saat ini.
Namun, berbagai strategi ia jalankan agar dapat bertahan di masa pagebluk seperti menjalankan pemasaran di berbagai media online serta membuat motif-motif batik baru.
"Pengrajin kami membuat seperti motif
virus, motif kimia hingga corak uang untuk menyasar pangsa pasar baru," ujarnya.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada para pembeli produknya dengan menyebut mereka adalah para pahlawan bagi produk UMKM.
"Ini merupakan pendekatan psikologis agar loyalitas customer terbangun,” tambahnya.
Pelaku usaha, terlepas dari sektornya yang beragam, mulai dihadapkan pada fakta signifikan yang menunjukkan pentingnya adopsi digital marketing utamanya pada saat pandemi Covid-19.
Di era digital ini, sarana informasi tidak berbatas pada waktu dan kemungkinan untuk berkreasi menjadi lebih mudah. Keterbatasan ruang gerak di kala pandemi menghadirkan ide baru untuk berinovasi dan membaca pasar yang memiliki potensi.
Terlebih lagi, ide baru ini dapat diintegrasikan dengan strategi digital marketing yang memungkinkan cakupan pasar yang lebih luas di Indonesia dan bahkan di pasar global. Hal ini dikonfirmasi oleh narasumber ketiga, Amanah Rakhim Syahida, Dosen di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang sekaligus CEO Nirwana Wedding
Organizer yang menambahkan tentang bagaimana memanfaatkan digital marketing.
“Bagaimana menciptakan inovasi baru dengan memanfaatkan digital marketing di kala pandemi ini? Bisa dimulai dengan membangun product knowledge yang kemudian dijadikan konten menarik di media sosial bagi pasar yang dibidik sebagai salah satu strategi digital marketing," ujar Amanah Rakhim.
Pengembangan digital marketing memegang nilai penting dan mudah diaplikasikan dalam
memecahkan permasalahan ekonomi masyarakat dan membuka potensi pasar terutama di saat pandemi.
Selain itu, digital marketing menjadi topik pembuka untuk membangun antusiasme peserta latih untuk tekun mendalami materi dan menyusun strategi konkret pada sesi-sesi pelatihan berikutnya.
Meningkatnya motivasi peserta dan tingginya komitmen peserta dalam rangka menuntaskan rangkaian pelatihan hingga terbentuk kapasitas riil dalam dunia usaha mereka menjadi salah satu tujuan krusial
dari social project Nala Bumintara. Capaian akhir yang diharapkan tentunya aktivitas usaha mereka yang dapat kembali hidup dan roda ekonomi masyarakat pun dapat berputar kembali.
Tentang Social Project Nala Bumintara
Nantinya kegiatan Social Project yang dilaksanakan di Makassar menyasar kepada komunitas masyarakat di Kelurahan Rappokalling, Makassar yang merupakan kelurahan sebagai muara pembuangan sampah. Program akan berfokus kepada pemulihan ekonomi masyarakat melalui pelatihan dan pembekalan materi yang sesuai dengan latar belakang pekerjaan masyarakat yang masih relevan dengan pengolahan limbah sampah di Kelurahan Rappokalling.
Program tersebut memiliki urgensi tinggi pada saat pandemi ini karena turunnya harga penjualan sampah sebagai efek dari menurunnya mobilitas dan konsumsi masyarakat. Terlebih lagi, pengetahuan masyarakat yang masih dapat dikembangkan untuk mengolah dan menjual sampah dengan memanfaatkan teknologi yang ada menjadi salah satu faktor pendorong bagi Komunitas Penerima Beasiswa LPDP RI Angkatan 168 untuk memberikan pelatihan daur ulang sampah sekaligus pemanfaatan teknologi digital pada masyarakat di Kelurahan Rappokalling sebagai bekal keahlian untuk menjalankan alternatif peluang usaha lain yang
memiliki nilai jual ideal.
Di saat yang bersamaan, kegiatan Social Project akan dilaksanakan di Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta dengan target sasaran komunitas pembatik di Kampung Batik Giriloyo.
Tujuan dari kegiatan ini masih relevan dengan dampak ekonomi di kala pandemi Covid-19 yang berdasarkan kepada fakta bahwa Kampung Batik Giriloyo cukup terpukul secara ekonomi karena berkurangnya wisatawan yang berkunjung ke kampung tersebut. Sistem penjualan yang selama ini 90% dilakukan secara offline membuat masyarakat di Kampung Batik Giriloyo kesulitan menjual hasil karya batik
sehingga pendapatan menurun drastis dan perputaran ekonomi mereka terhambat.
(Ril/Red)
0 Comments