Sumpah Pemuda "BUKAN" Sampah Pemuda


OPINI, KNEWS - Sudah 92 tahun, Sumpah yang terpatri dari secercah harapan dan makna itu diucapkan, oleh Jong Java, Jong Soematera, Pemuda Indonesia Sekar Roekoen, Jong Islamiten, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi, dan Perhimpunan Pelajar Indonesia.

Tepat pada 20 Oktober 1928, ikrar tekad dengan rasa kepercayaan pun diucapkan: 
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.
3. kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. 
Inilah Suatu ikrar putusan kongres pemuda-pemuda Indonesia atau yang saat ini dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Bukan sekadar ikrar biasa atau putusan yang bersifat seremoni tanpa hasil. Namun, Adanya secarik kata dalam jiwa, penafsiran pikiran, kemudian selaksa gagasan-gagasan terkait ideologis, kebudayaan, sosiologis, politik,  dan Nasionalisme. 
Maka begitulah gambaran bagaimana pemuda saat itu memikirkan secara matang untuk bangsa Indonesia agar sekiranya keluar dari lingkaran setan (Penjajah).

Zaman telah berubah dan waktu berlari begitu pesat sehingga berkamuflase mengubah haluan pemuda saat ini. 
Sejatinya market terbesar di negeri Antah Berantah sudah tak dirahasiakan lagi karena populasi pemuda (Kaum Milenial) sebanyak 83 juta jiwa dari jumlah keseluruhan penduduk 225 juta.  Oleh sebab itu, ketika kontestasi politik sedang berlangsung maka suara pemuda sering kali diperebutkan baik yang sifatnya individual atau kelompok.

Jika dikalkulasikan ada 33% jumlah kaum milenial yang memiliki peranan tersendiri.
1. Di angka 15 % merupakan bagian pemuda yang bergelut di bidang teknologi.
2. Di angka 10% merupakan bagian pemuda yang aktif di bidang intelektual.
3 di Angka 8% merupakan bagian pemuda yang menjual aset harga diri (Pelaku bisnis sebagai penyokong suara) agar diakui eksistensi pada dirinya. 

Pemuda di masa lalu tak segarang dengan pemuda masa kini sebab naluri pemuda telah ditumpuli dengan adanya proyeksi iming-imingan perihal jabatan serta kenyamanan ber-AC dalam segala ruangan "Katanya"

Begitu disayangkan apabila segelintir Pemuda yang tadinya bersuara lantang dengan  kepedihan, rela beraroma jalanan demi menegakkan keadilan, dan bercucuran keringat untuk membela kebenaran layaknya pahlawan. Akan tetapi, kini ia hanya menjadi pecundang sejati takkala diperhadapkan oleh pilihan yakni menjadi juru bicara dari penyimpanan-penyimpanan kekuasaan (Pasang Badan).

Mungkin saja, kenyamanan fasilitas nan ber-AC jauh lebih asyik ketimbang menjadi Mitra krtitis, Sebagai penentu saat jalan terlihat buntu atau pemimpin penggerak arah zaman yang akan datang. 

Realita hari ini telah membuka mata bahwa Sumpah Pemuda hanya dijadikan momentum untuk bernostalgia dan tidak dimaknai secara gamblang tentang apa harapan yang terkandung didalamnya. 

Faktanya hampir semua orang bersaut-sautan untuk memperingati Sumpah Pemuda dan setelah Sumpah itu dikumandangkan maka akan menjadi Sampah dengan sendirinya takkala poin-poin yang telah disebutkan tak diimplementasi dalam berkehidupan. 

Teringat salah satu Pantun yang cukup reaktif untuk memantik asa pemuda.
"Ada anak memakai baju
  Gambarnya Burung Garuda
  Bangsa ini tak akan Maju 
Apabila bukan di tangan pemuda".

Ketahuilah, Ibu Pertiwi berharap kepada anak bangsa (Pemuda) bahwa jangan lagi menjadi kaum lugu nan dungu sehingga dengan mudahnya diakomodir oleh kepentingan Sekelompok. Oleh sebab itu, tiada kata paling hina ketika harga diri digadaikan hanya dengan pengakuan identitas lantas bangga menjadi penjilat kekuasaan. (Sampah Pemuda) 

Sekaranglah waktunya kaum Pemuda harus memiliki idealism sekokoh karang, prinsipnya segarang gelombang, ketahanan mentalnya seangkuh rimba raya, hatinya wajib sepeka kopi pahit, dan rela menjadikan pikiran sebagai pusat penggerak sebagaimana hati menjadi pusat peraduan cinta dan rindu.


WARDIMAN SULTAN MADIR 
(Founder Forum Diskusi Nusantara)

"Tulisan tanggungjawab penuh penulis"

0 Comments